Waktu berpuasa
a. Tampaknya benang putih atas benang hitam
Ketika turun ayat :
Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam. (Al Baqarah : 187)
Sebagian sahabat Nabi menggantungkan benang hitam dan benang merah, dan mereka letakkannya dibawah bantal-bantal mereka, atau salah seorang diantara mereka mengikat dikakinya, dan mereka terus makan hingga melihat dengan jelas kedua benang putih dan hitam itu.
Dari Adi bin Hatim ia berkata : tatkala turun ayat :D an makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam. (Al Baqarah : 187), saya memasang benang hitam dan benang putih lalu kuletakkan dibawah bantalku, dan aku lihat pada malam hari maka tidaklah jelas bagiku, maka aku pergi ke Rasulullah dan aku menyebutkan tentang hal itu.
Lalu Rasulullah bersabda :
sesungguhnya yang dimaksud hal itu adalah gelapnya malam dan putihnya siang. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
b. Fajar itu ada dua
Dan dari keseluruhan hukum-hukum yang telah dijelaskan Rasulullah ada perinciannya, bahwa fajar itu ada dua:
Al Kadzib : fajar ini tidak menghalalkan shalat subuh, dan tidak mengharamkan makanan bagi orang yang sedang berpuasa.
As Sodiq : fajar ini mengharamkan makanan bagi orang yang sedang berpuasa, dan menghalalkan shalat subuh.
Dari Ibnu Abbas ia berkata : Rasulullah bersabda :
Fajar itu ada dua, adapun yang pertama tidak mengharamkan makanan dan tidak menghalalkan shalat, adapun kedua maka mengharamkan makanan dan menghalalkan shalat. (Dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah, Al Hakim, Daraqutni, Albaihaqi)
Ketahuilah wahai saudarku sesama muslim bahwa :
Fajar Kadzib adalah warna putih memanjang bersinar diatas seperti ekor serigala.
Fajar Shodiq adalah warna merah yang bersinar tersebar, yang melintang diatas puncak bukit-bukit dan gunung-gunung , tersebar di jalan-jalan, gang-gang, rumah-rumah, dan inilah yang berhubungan dengan hukum-hukum puasa dan shalat.
c. Lalu menyempurnakan puasa hingga malam
Dan jika malam menghadap dari arah timur dan membelakangi siang dari arah barat, dan matahari tenggelam maka berbukalah.
Dari Umar bin Khattab ia berkata, Rasulullah bersabda :
Jika malam menghadap dari sini, dan membelakangi dari sini. Dan matahari tenggelam maka orang yang berpuasa berbuka. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
Sahur
a. Hikmah dari sahur
Allah telah mewajibkan kita untuk berpuasa sebagaimana Dia mewajibkannya atas Ahli kitab sebelum kita :
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Al Baqarah : 183)
Dan waktu serta hukum sesuai dengan puasa yang diwajibkan atas ahli kitab, yaitu mereka tidak makan dan minum tidak jima’ sesudah tidur. Artinya jika salah seorang dari mereka tidur maka ia tidak makan hingga malam yang kemudian.
Dan hal ini diwajibkan juga atas kaum muslimin sebagaimana kami jelaskan baru saja.
Maka tatkala dihapus, Rasulullah memerintahkan untuk sahur untuk membedakan antara puasa kita dengan puasa ahli kitab.
Dari Amru bin Ash bahwa Rasulullah bersabda :
Pemisah antara puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur. (Hadits riwayat Muslim)
b. Keutamaan sahur :
- sahur itu barakah
Dari Salman, ia berkata, Nabi bersabda :
Barakah itu terdapat dalam tiga perkara , Al jamaah, tepung Tsarid dan sahur. (Hadits riwayat Thabrani)
- sesungguhnya Allah dan malaikatnya bershalawat atas orang yang berpuasa
Dari Abu Said Al Khudri ia berkata, Rasulullah bersabda :
Sahur adalah makanan berbarakah, maka janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya meminum seteguk air, karena sesungguhnya malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang bersahur. (Hadits riwayat Tirmidzi)
c. Mengakhirkan sahur
Dianjurkan mengakhirkan sahur hingga mendekati fajar, karena Nabi dan Zaid bin tsabit bersahur, tatkala selesai dari sahur keduanya, Nabi bangkit pergi untuk shalat, lalu beliau shalat, dan adalah waktu antara keduanya makan dan melaksanakan shalat seperti ukuran seseorang yang membaca 50 ayat Al Qur’an.
Anas telah meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, bahwa ia berkata :
Kami bersahur bersama Nabi , lalu beliau bangkit untuk shalat. Aku bertanya : Berapa ukuran antara adzan dan sahur? Ia berkata : “Seukuran 50 ayat. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
d. Hukum sahur
Oleh Karena itu Rasulullah memerintahkan dengan perintah muakkad (perintah kuat) barangsiapa ingin berpuasa hendaknya bersahur :
Barangsiapa ingin berpuasa hendaknya bersahur dengan sesuatu (hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah)
Dan Nabi juga bersabda :
Bersahurlah karena sesungguhnya dalam sahur terdapat barakah(hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
Kami berkata :D an kita melihat bahwa perintah Nabi disini perintah dengan sangat kuat dan ditekankan serta dianjurkan”, dari tiga perkara :
Memerintahkan untuk bersahur
Sahur adalah syiar puasanya kaum muslimin dan pemisah antara puasanya kaum muslimin dan puasanya orang-orang selain mereka.
Larangan meninggalkannya
Ini adalah hal-hal yang menguatkan dan dalil-dalil yang jelas.
Dan bersamaan itu semua Al Hafidz Ibnu Hajar telah menukil dalam “Fathul Baari 4/139 sepakatnya atas anjuran dan disunnahkannya bersahur. Wallahu a’alam
Apa saja yang wajib ditinggalkan oleh orang yang berpuasa
a. Perkataan dusta
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah bersabda :
Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan melakukannya maka Allah tidak membutuhkan bahwa ia meninggalkan makanan dan minumannya. (Hadits riwayat Bukhari)
b. Berbuat yang sia-sia dan melakukan tindakan serta ucapan keji
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah bersabda :
Bukanlah puasa itu puasa dari makan dan minum, sesungguhnya puasa itu adalah puasa dari perbuatan sia-sia dan keji, maka jika salah seorang mencelamu atau membodohkanmu maka katakanlah aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa. (Hadits riwayat Ibnu Huzaimah dan Hakim dengan sanad shahih)
12. Apa saja yang diperbolehkan bagi orang yang berpuasa
a. Orang yang sedang berpuasa diwaktu subuh dalam keadaan Junub
Dari Aisyah dan Umu Salamah :
Bahwasanya Nabi dalam keadaan junub diwaktu subuh karena habis berkumpul dengan keluarga beliau lalu beliau mandi dan berpuasa. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
b. Bersiwak bagi orang yang berpuasa
Rasulullah bersabda :
Kalaulah tidak memberatkan atas umatku tentulah akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak pada setiap kali wudhu. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
c. Berkumur dan menghirup air ke hidung
Karena dahulu Rasulullah berkumur dan menghirup air kehidung dalam keadaan berpuasa , akan tetapi beliau melarang orang yang sedang berpuasa untuk berlebih-lebihan
dan bersungguh-sungguhlah dalam menghirup kecuali jika dalam keadaan berpuasa. (Hadits riwayat tirmidzi, Abu Daud, dll)
d. Bersentuhan dan berciuman bagi orang yang sedang berpuasa
Disebutkan dalam hadits dari Aisyah bahwa ia berkata :
Adalah Rasulullah dahulu mencium sedang beliau dalam keadaan berpuasa, akan tetapi beliau adalah orang yang paling mampu menguasai dirinya. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
Dan hal ini makruh (dibenci) bagi pemuda, dan tidak makruh untuk orang yang sudah tua.
Diriwayatkan dari Amru bin Ash, ia berkata :
Dahulu tatkala kami bersama Nabi datang seorang pemuda, lalu ia berkata :Wahai Rasulullah apakah saya (boleh) mencium sedang saya dalam keadaan berpuasa?
Beliau berkata : Tidak. Lalu datanglah seorang yang sudah tua, bertanya :Apakah saya boleh mencium sedang saya dalam keadaan berpuasa? Beliau menjawab : Ya. Amru bin Ash berkata : lalu sebagian kami melihat sebagian lainnya”, maka Rasulullah bersabda : “Sesunggunya orang yang sudah tua mampu menguasai dirinya”. (Dikeluarkan Ahmad)
e. Donor darah dan suntik yang tidak dimaksudkan memberi zat makanan.
f. Berbekam
Berbekam ini adalah termasuk dari hal-hal yang membatalkan puasa, lalu dihapus hukumnya, dan disebutkan bahwa Nabi berbekam sedang beliau dalam keadaan berpuasa, diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma (semoga Allah meridhai beliau dan ayah beliau) :
Bahwasanya Nabi berbekam sedang beliau dalam keadaan berpuasa. (Hadits riwayat Bukhari)
g. Merasakan makanan
Dan hal ini dibatasi dengan tidak masuk kerongkongan, sebagaimana disebutkan dari Ibnu Abbas ia berkata :
Tidak mengapa seseorang merasakan makanan atau sesuatu selama tidak masuk kerongkongan sedang ia dalam keadaan berpuasa.
h. Bercelak dan meneteskan sesuatu ke mata
Hal-hal yang demikian tidak membatalkan puasa, baik sesuatu yang masuk mata itu masuk kerongkongan maupun tidak masuk. Pendapat inilah yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam tulisan beliau yang bermanfaat “Hakikatus Shiyam” dan murid beliau Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya “Zaadul Ma’aad” dan Imam Bukhari berkata dalam shahih Bukhari.
i. Menuangkan air dingin di atas kepala dan mandi
Berkata Imam Bhukari dalam shahih beliau : “Bab Mandinya orang yang sedang berpuasa”, dan Ibnu Umar radhiyallahuanhuma (semoga Allah meridhai beliau dan ayah beliau) membasahi pakaian, lalu ia meletakkannya diatasnya.
Dan As Sa’bi memasuki kamar mandi sedang ia dalam keadaan berpuasa, dan berkata Al Hasan: “Tidak mengapa berkumur dan berdingin-dingin bagi orang yang sedang berpuasa'