Sunday, April 03, 2005

[IPTEK] Linux Red Hat, Harusnya Gratis Atau Berbayar?

Red Hat butuh waktu 16 bulan untuk mengembangkan Linux premium, yang akan dijualnya seharga US$2.499 per komputer per tahun. Namun dalam waktu kurang dari dua minggu, sekelompok programer membagikan hasil kloningnya secara gratis.

Hasil kloning produk Red Hat disediakan gratis oleh proyek Community Enterprise Operating System (CentOS). CentOS adalah satu dari sejumlah kelompok yang 'menulis ulang' produk-produk Red Hat. CentOS dan komunitas lainnya seperti Lineox, White Box Linux, Tao Linux, X/OS Linux dan Scientific Linux, semuanya mengkloning Red Hat Enterprise Linux
(RHEL) dari komponen kode sumber yang dirilis Red Hat.

Sebagai 'penulis ulang' RHEL, CentOS tidak merasa hal ini melanggar aturan. "Kami sebisa mungkin melakukan penyalinan secara legal," kata Greg Kurtzer, pendiri Caos Foundation yang menjalankan proyek CentOS, seperti dikutip dari Cnet News.com, Senin (28/3/2005). Menurutnya, dalam usahanya menjaga kepuasan pelanggan, CentOS berusaha membuat security update secepat mungkin. Ada jaminan informal, bahwa kami akan mengeluarkannya 24 jam setelah Red Hat merilis yang asli, kata Kurtzer.

Meski tidak menyebut angka pasti, Kurtzer memperkirakan ada ribuan bahkan puluhan ribu pengguna hasil karya CentOS. Komunitas ini mengeluarkan karya pertamanya pada bulan Desember 2003.

Jika perkiraan Kurtzer benar adanya, bisa dibilang produk-produk CentOS banyak penggemarnya. Memakai produk gratis tentunya menjadi alasan utama bagi mereka untuk setia pada produk-produk hasil kloning. Terlebih, tidak ada yang mengatakan hal itu dilarang.

Bagi komunitas 'penulis ulang' Red Hat, tindakannya benar karena di sisi lain mereka juga tidak menyalahkan Red Hat yang berusaha mencari uang dari usahanya.

"Red Hat harusnya berterima kasih atas aksi kloning yang dilakukan," kata Kurtzer. "Saya tidak akan menyalahkan mereka karena berusaha berjualan," imbuhnya.

Beberapa pengguna Linux menilai, Red Hat terlalu tinggi dalam menempeli bandrol harga pada Linux buatannya. "Alasan utama pengguna memilih Linux adalah karena masalah biaya," kata Brian Trudeau, dari Eastek International dari Buffalo, New York, perusahaan ini menggunakan produk-produk CentOS. "Kenapa harus membayar Red Hat kalau harganya jadi semahal Windows?" keluhnya.

Bagi perusahaan sekelas Red Hat - yang agresif menyusun skema harga, untuk meraih keuntungan sebagai pedagang sistem operasi open source terbesar - hasil kloning yang beredar secara gratis ini, menimbulkan dua dampak yang bertentangan.

Di satu sisi karena dibagikan secara gratis, salinan Red Hat ini akan menjauhkan calon konsumen yang berpotensi membeli software beserta dukungannya. Di sisi lain, aksi ini dipandang akan membantu menumbuhkan dominasi Red Hat. Selain itu, penyebarannya bisa saja sampai kepada pengguna yang berpikir bahwa layanan dan kualitas software Red Hat, layak dihargai dengan uang.

Software gratis dan legal ini memang memikat para pengguna Linux. "Saya tidak harus membayar untuk Linux, dan saya tidak ingin berlangganan dengan model yang ditawarkan Red Hat untuk memperoleh layanan," kata Collins Richey, penggemar Linux dari Denver yang menggunakan CentOS pada komputernya, untuk menjaga kompatibilitasnya dengan komputer di kantor. "Saya memutuskan untuk memakai CentOS untuk dipakai secara terbatas di tempat kerja."

Juru bicara Red Hat, Leigh Day menilai tindakan ini sebagai "berita bagus" sebab hal ini dipandang dapat mengundang pelanggan baru.

"Jika mereka membandingkan versi software yang dilengkapi dukungan dengan yang tidak, mereka akan memahami nilai yang harus dipertimbangkan untuk Linux," kata Day. "Ini akan mendorong mereka untuk mencari perusahaan penyedia, guna mencari dukungan untuk aktivitas bisnis mereka," kata Day.

Meski ada produk alternatif yang tersedia secara gratis, penjualan Red Hat meningkat dari 33.000 pada kuartal yang berakhir November 2003, menjadi 132.000 setahun kemudian. Pertumbuhannya cukup solid, meski tidak mencapai angka tertinggi 144.000, yang tercatat pada kuartal yang berakhir Agustus 2004.