Wednesday, April 27, 2005

1 ONS BUKAN 100 GRAM

*1 ONS BUKAN 100 GRAM.*

PENDIDIKAN YANG MENJADI BOOMERANG.

Seorang teman saya yang bekerja pada sebuah
perusahaan asing, di PHK akhir
tahun lalu. Penyebabnya adalah kesalahan menerapkan
dosis pengolahan
limbah, yang telah berlangsung bertahun-tahun.
Kesalahan ini terkuak
ketika seorang pakar limbah dari suatu negara Eropa
mengawasi secara
langsung proses pengolahan limbah yang selama itu
dianggap selalu gagal.
Pasalnya adalah, takaran timbang yang dipakai dalam
buku petunjuknya
menggunakan satuan pound dan ounce. Kesalahan fatal
muncul karena yang
bersangkutan mengartikan 1 pound = 0,5 kg. dan 1
ounce (ons) = 100 gram,
sesuai pelajaran yang ia terima dari sekolah.
Sebelum PHK dijatuhkan,
teman saya diberi tenggang waktu 7 hari untuk
membela diri dgn. cara
menunjukkan acuan ilmiah yang menyatakan 1 ounce
(ons) = 100 g. Usaha
maksimum yang dilakukan hanya bisa menunjukkan Kamus
Besar Bahasa
Indonesia yang mengartikan ons(bukan ditulis ounce)
adalah satuan berat
senilai 1/10 kilogram. Acuan lain termasuk
tabel-tabel konversi yang
berlaku sah atau dikenal secara internasional tidak
bisa ditemukan.

SALAH KAPRAH YANG TURUN-TEMURUN.

Prihatin dan penasaran atas kasus diatas, saya
mencoba menanyakan hal ini
kepada lembaga yang paling berwenang atas sistem
takar-timbang dan ukur di
Indonesia, yaitu Direktorat Metrologi . Ternyata,
pihak Dir. Metrologi pun
telah lama melarang pemakaian satuan ons untuk
ekivalen 100 gram. Mereka
justru mengharuskan pemakaian satuan yang termasuk
dalam Sistem
Internasional (metrik) yang diberlakukan resmi di
Indonesia. Untuk ukuran
berat, satuannya adalah gram dan kelipatannya.
Satuan *Ons bukanlah bagian
dari sistem metrik* ini dan untuk menghilangkan
kebiasaan memakai satuan
ons ini, Direktorat Metrologi sejak lama telah
memusnahkan semua anak
timbangan (bandul atau timbal) yang bertulisan "ons"
dan "pound".

Lepas dari adanya kebiasaan kita mengatakan 1 ons =
100 gram dan 1 pound =
500 gram, ternyata *tidak pernah ada acuan sistem
takar-timbang legal*
atau pengakuan internasional atas satuan ons yang
nilainya setara dengan
100 gram. Dan dalam sistem timbangan legal yang
diakui dunia
internasional, *tidak pernah dikenal adanya satuan
ONS khusus
**Indonesia**.* Jadi, hal ini adalah suatu kesalahan
yang diwariskan
turun-temurun. Sampai kapan mau dipertahankan ?

BAGAIMANA KESALAHAN DIAJARKAN SECARA RESMI ?

Saya sendiri pernah menerima pengajaran salah ini
ketika masih di bangku
sekolah dasar. Namun, ketika saya memasuki dunia
kerja nyata, kebiasaan
salah yang nyata-nyata diajarkan itu harus dibuang
jauh karena akan
menyesatkan. Beberapa sekolah telah saya datangi
untuk melihat sejauh mana
penyadaran akan penggunaan sistem takar-timbang yang
benar dan sah dikemas
dalam materi pelajaran secara benar, dan bagaimana
para murid (anak-anak
kita) menerapkan dalam hidup sehari-hari. Sungguh
memprihatinkan. Semua
sekolah mengajarkan bahwa 1 ons = 100 gram dan 1
pound = 500 gram, dan
anak-anak kita pun menggunakannya dalam kegiatan
sehari-hari. "Racun" ini
sudah tertanam didalam otak anak kita sejak usia
dini.

Dari para guru, saya mendapatkan penjelasan bahwa
semua buku pegangan yang
diwajibkan atau disarankan oleh Departemen
Pendidikan Indonesia
mengajarkan seperti itu. Karena itu, tidaklah
mungkin bagi para guru untuk
melakukan koreksi selama Dep. Pendidikan belum
merubah atau memberi-kan
petunjuk resmi.

TANGGUNG JAWAB SIAPA ?

Maka, bila terjadi kasus-kasus serupa diatas,
Departemen Pendidikan kita
jangan lepas tangan. Tunjukkanlah kepada masyarakat
kita terutama kepada
para guru yang mengajarkan kesalahan ini, salah satu
alasannya agar tidak
menjadi beban psikologis bagi mereka ;

*"acuan sistem timbang legal yang mana yang pernah
diakui / diberlakukan
secara internasional , yang menyatakan bahwa : *1
ons adalah 100 gram, 1
pound adalah 500 gram."?*

Kalau Dep. Pendidikan tidak bisa menunjukkan
acuannya, mengapa hal ini
diajarkan secara resmi di sekolah sampai sekarang ?

Pernahkan Dep. Pendidikan menelusuri, dinegara mana
saja selain ndonesia
berlaku konversi 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500
gram ?

Patut dipertanyakan pula, bagaimana tanggung jawab
para penerbit buku
pegangan sekolah yang melestarikan kesalahan ini ?

Kalau Dep. Pendidikan mau mempertahankan satuan *ons
yang keliru* ini,
sementara pemerintah sendiri melalui Direktorat
Metrologi melarang
pemakaian satuan "ons" dalam transaksi legal, maka
konsekwensinya ialah
harus dibuat sistem baru timbangan Indonesia (versi
Depdiknas). Sistem
baru inipun harus diakui lebih dulu oleh dunia
internasional sebelum
diajarkan kepada anak-anak. Perlukah adanya sistem
timbangan Indonesia
yang konversinya adalah 1 ons *(Depdiknas)* = 100
gram dan 1 pound
*(Depdiknas)* = 500 gram. ? Bagaimana "Ons dan Pound
*(Depdiknas)*" ini
dimasukkan dalam sistem metrik yang sudah baku
diseluruh dunia ? Siapa
yang mau pakai ?.

HENTIKAN SEGERA KESALAHAN INI.

Contoh kasus diatas hanyalah satu diantara sekian
banyak problema yang
merupakan akibat atau korban kesalahan pendidikan.
Saya yakin masih banyak
kasus-kasus senada yang terjadi, tetapi tidak kita
dengar. Salah satu
contoh kecil ialah, banyak sekali ibu-ibu yang
mempraktekkan resep kue
dari buku luar negeri tidak berhasil tanpa diketahui
dimana kesalahannya.

Karena ini kesalahan pendidikan, masalah ini
sebenarnya merupakan masalah
nasional pendidikan kita yang mau tidak mau harus
segera dihentikan.

Departemen Pendidikan tidak perlu malu dan basa-basi
diplomatis mengenai
hal ini. Mari kita pikirkan dampaknya bagi masa
depan anak-anak Indonesia.
Berikan teladan kepada bangsa ini untuk tidak malu
memperbaiki kesalahan.

Sekalipun hanya untuk pelajaran di sekolah, dalam
hal Takar-Timbang-Ukur,
Dep. Pendidikan tidak memiliki supremasi sedikitpun
terhadap Direktorat
Metrologi sebagai lembaga yang paling berwenang di
Indonesia. Mari kita
ikuti satu acuan saja, yaitu Direktorat Metrologi.

Era Globalisasi tidak mungkin kita hindari, dan
karena itu anak-anak kita
harus dipersiapkan dengan benar. Benar dalam arti
landasannya, prosesnya,
materinya maupun arah pendidikannya. Mengejar
ketertinggalan dalam hal
kualitas SDM negara tetangga saja sudah merupakan
upaya yang sangat berat.
Janganlah malah diperberat dengan *pelajaran sampah*
yang justru bakal
menyesatkan. Didiklah anak-anak kita untuk mengenal
dan mengikuti aturan
dan standar yang berlaku SAH dan DIAKUI secara
internasional, bukan hanya
yang rekayasa lokal saja. Jangan ada lagi korban
akibat pendidikan yang
salah. Kita lihat yang nyata saja, berapa banyak TKI
diluar negeri yang
berarti harus mengikuti acuan yang berlaku secara
internasional.

Anak-anak kita memiliki HAK untuk mendapatkan
pendidikan yang benar
sebagai upaya mempersiapkan diri menyongsong masa
depannya yang akan penuh
dengan tantangan berat.

ACUAN MANA YANG BENAR ?

Banyak sekali literatur, khususnya yang dipakai
dalam dunia tehnik, dan
juga ensiklopedi ternama seperti Britannica, Oxford,
dll. *(maaf, ini
bukan promosi)* menyajikan tabel-tabel konversi yang
tidak perlu diragukan
lagi. Selain pada buku literatur, tabel-tabel
konversi semacam itu dapat
dijumpai dengan mudah di-dalam buku harian /
diary/agenda yang biasanya
diberikan oleh toko atau produsen suatu produk
sebagai sarana promosi.

*Salah satu* konversi untuk satuan berat yang umum
dipakai SAH secara
internasional adalah sistem avoirdupois / avdp.
(baca : averdupoiz).

1 ounce/ons/onza = 28,35 gram *(bukan 100 g.)*
1 pound = 453 gram *(bukan 500 g.)*
1 pound = 16 ounce *(bukan 5 ons)*

Bayangkan saja, bagaimana jadinya kalau seorang
apoteker meracik resep
obat yang seharusnya hanya diberi 28 gram, namun
diberi 100 gram. Apakah
kesalahan semacam ini bisa di kategorikan sebagai
malapraktek ?
Pelajarannya memang begitu, kalau murid tidak
mengerti, dihukum !!! Jadi,
kalau malapraktik, logikanya adalah tanggung jawab
yang mengajarkan. (*ini
hanya gambaran / ilustrasi salah satu akibat yang
bisa ditimbulkan, bukan
kejadian sebenarnya, tetapi dalam bidang lain banyak
sekali terjadi)*

KALAU BUKAN KITA YANG MENYELAMATKAN - LALU SIAPA ?.

Melalui tulisan ini saya ingin mengajak semua
kalangan, baik kalangan
pemerintah, akademis, profesi, bisnis / pedagang,
sekolah dan orang tua
dan juga yang lainnya untuk ikut serta mendukung
penghapusan satuan "ons
dan pound yang keliru" dari kegiatan kita
sehari-hari. Pengajaran sistem
timbang dgn. satuan Ounce dan Pound seharusnya
diberikan sebagai
pengetahuan disertai kejelasan asal-usul serta
*rumus konversi yang
benar*. Hal ini untuk membuang kebiasaan salah yang
telah melekat dalam
kebiasaan kita, yang bisa mencelakakan / menyesatkan
anak-anak kita,
generasi penerus bangsa ini.

*# # # # # *

*Tulisan ini akan dikirimkan kepada media masa, baik
cetak maupun
elektronik yang mau menyiarkannya demi kepentingan
bangsa. Dipersilahkan
mengubah formatnya sesuai dengan ketentuan penyiaran
masing-masing.*
*Juga kepada sekolah-sekolah, pabrik-pabrik serta
LSM dan masyarakat umum,
untuk diketahui secara luas.*
* Bila anda merasa sependapat dengan saya, setuju
untuk menghentikan
kesalahan ini demi masa depan anak bangsa Indonesia,
silahkan diperbanyak
/ difoto copy dan disebar-luaskan sendiri.*

* *
*Bila anda ragu-ragu terhadap kebenaran tulisan ini,
silahkan
menanyakannya langsung kepada Direktorat Metrologi
atau Balai Metrologi
setempat dikota anda berada. *

* *

*Terima kasih saya ucapkan kepada anda yang peduli
dan mau berpartisipasi
menyelamatkan masa depan anak-anak **Indonesia**.
Semoga Tuhan memberkati
supaya ini, yang kita lakukan dengan tulus ikhlas
tanpa pamrih
sedikitpun.*

* *

*# # # # #*

* *

* *

*Ditengah orang-orang waras, dia yang lain sendiri
dianggap gila.*
*Ditengah orang-orang gila, dia yang waras justru
dianggap gila.*

* *

*Memang banyak orang yang benar, tetapi jangan
diartikan bahwa yang
diikuti banyak orang itulah yang pasti dan selalu
benar.*

LEMBAR PELENGKAP

TAKAR - UKUR - TIMBANG MENGIKUTI SISTEM METRIK YANG
BERLAKU SEJAK THN *1799*.

*Kuantitas*

*Satuan* *Simbol* *Keterangan*
Panjang meter m bukan mtr.
Luas meter persegi m2
Isi / volume meter kubik m3
Berat gram g bukan gr.
Takaran liter l 1 l = 1000
cm3 (cc)
Suhu / temperatur derajat Celcius oC

BEBERAPA SEBUTAN / AWALAN UNTUK FAKTOR PENGALI DALAM
SISTEM METRIK AWALAN
FAKTOR PENGALI SIMBOL / SINGKATAN CONTOH
PEMAKAIAN
giga 1.000.000.000 GHz.
mega 1.000.000
MW kilo
1.000 km
hecto 100
ha
deka 10
dam deci
0,1
dm centi
0,01 cm
milli 0,001
ml
micro 0,000.001
mF

dan seterusnya

Dalam sistem metrik memang dikenal *1 are = 100 m2*
khusus untuk ukuran
tanah yang diakui sah secara internasional.

*Untuk satuan ONS yang mengartikan kelipatan 100 g.,
apalagi POUND yang
mengartikan kelipatan 500 g., tidak pernah ada
didalam sistem metrik
maupun non-metrik / imperial yang pernah
diberlakukan sah secara
internasional.

*
*# # # # #*

*RANGKUMAN SARAN-SARAN, KRITIK DAN KOMENTAR*

*1. *Banyak orang berpendapat bahwa ONS kita ini
tidak ada kaitannya sama
sekali dengan OUNCE.* *

a. Kalau kita baca kamus-kamus Inggris-Indonesia dan
sebaliknya, jelas
bahwa terjemahan "ounce adalah ons" dan "pound
adalah pon" begitu pula
sebaliknya dari Indonesia-Inggris. Bahkan ada
beberapa kamus yang
menterjemahkan "ounce menjadi ons, berat 100 gram."
Tetapi ada juga yang
menterjemahkan "ons,28,3 gram".

*Nara** sumber : Jumlah : 2 orang *
*Profesi : Guru dan Dosen Bahasa Inggris. *

b. Beberapa guru berpendapat bahwa kata "ons" jelas
bukan asli bahasa
Indonesia, karena bahasa Indonesia hanya mengenal 2
konsonan rangkap,
yaitu "ng" dan "ny". Tidak ada konsonan rangkap
"ns". Contoh : "Helm"
kalau di Indonesiakan menjadi "helem". Kalau "ons"
tidak bisa dijadikan
"ones" tentu karena menyangkut suatu acuan yang
harus dilafalkan secara
benar, sama seperti "gram" yang tidak boleh ditulis
menjadi "geram".

*Nara** sumber : Jumlah : 2 orang *
*Profesi : Guru Bahasa **Indonesia**.*

c. Beberapa orang lanjut usia yang cukup terpelajar
membenarkan bahwa "ons
dan pound" itu bawaan Belanda, bukan asli Indonesia,
karena sudah dipakai
sebelum Indonesia merdeka dan diajarkan juga
disekolah HIS maupun HCS
*(masih jaman penjajahan)*. Beberapa diantara mereka
ingat bahwa acuan
konversi yang diterapkan di Indonesia tidak sama
dengan yang diterapkan di
Belanda.

*Nara** sumber : Jumlah : 7 orang. Usia : 77 s/d. 87
tahun. *
*Pendidikan terendah : HCS / HIS. *
*Pendidikan tertinggi : Sarjana*
*Profesi terakhir : Guru, Kontraktor, Dokter,
Pendeta, PN.*

*2.* Acuan internasional yang menyatakan 1 ons = 100
gram , 1 pound = 500
gram jelas-jelas tidak pernah ada. Bahkan Acuan
nasional (kalaupun ada
dulu-dulunya) tidak bisa / tidak boleh dipergunakan
lagi semenjak
diundangkannya UU no.2 tahun 1981 tentang Metrologi
Legal, yang mencabut
dan membatalkan Ijkordonnantie 1.049 Staatsblad
nomor 175.

*Nara** sumber : Jumlah : 1 orang.*
* Profesi : tidak dikenal.*
*3.* Penerbit tidak seharusnya dimintai
pertanggung-jawaban karena semua
materi kurikulum yang harus dibukukan telah mendapat
persetujuan terlebih
dulu dari Dep. Pendidikan.
*Nara** sumber : Jumlah : 1 orang.*
* Profesi : Pengusaha.*

* *

*4.* Tidak perlu memperlebar masalah / mendramatisir
dengan timbangan
versi depdiknas dan sebagainya. Yang penting
bagaimana kesalahan ini bisa
segera diakhiri.
*Nara** Sumber : Jumlah : 1 orang.*
* Profesi : tidak dikenal.*

*5.* Terkejut dan syok berat tapi Setuju bahwa kita
harus menghentikan
kebiasaan salah selama ini dan membiasakan diri
menggunakan Sistem
Internasional yang berlaku. Perlu pengumuman resmi
dari pemerintah dan
penyuluhan masyarakat melalui instansi yang
berwenang.

*Nara** sumber : Jumlah : lebih dari 100 orang.*
* Profesi : Guru, Dosen, Karyawan, Mahasiswa,
Dokter.*

*6.* Para guru tidak bisa dipersalahkan karena
mereka hanya melaksanakan
apa yang telah menjadi kebijakan nasional pendidikan
yang dikeluarkan oleh
Dep. Pendidikan.

*Nara** sumber : Jumlah 14 orang.*
* Profesi : Guru, Ibu Rmh.Tangga, Karyawan. *
* *
*7.* Di dalam Dep. Pendidikan ada bagian yang khusus
melakukan Penelitian,
Pengkajian dan Pengembangan. Kalau ini benar-benar
suatu kesalahan,
...*(hanya geleng-geleng kepala)*

*Nara** sumber : Jumlah : 1 orang*
* Profesi : Dosen.*